Kegelisahan yang dialami oleh Manusia
Nama : Muhammad Hirzi Andrian
Kelas 1EA04
NPM : 14212972
Di
dunia ini tidak ada seorang manusia pun yang tidak merasakan kegelisahan. Kalau
kita melihat seluruh makhluk yang hidup di muka bumi ini akan kita dapati bahwa
manusia dengan tabiatnya senantiasa dipengaruhi oleh kompleksitas ketakutan
yang menuntunnya ke ambang kegelisahan.
Orang-orang
di sekeliling kita bahkan dalam diri kita sendiri baik besar, kecil, laki-laki
maupun perempuan, semuanya merasakan ketakutan atau kegelisahan. kegelisahan
merupakan fenomena umum dan ciri khas yang hanya dimiliki manusia. Hal ini
kiranya memerlukan semacam kesadaran dari kita guna memikirkan kiat-kiat untuk
menghindarinya, paling tidak dengan itu kita bisa membayangkan
kejadian-kejadian yang belum terjadi dan bagaimana cara menanggulanginya.
Kegelisahan
berasal dari kata gelisah, yang berarti tidak tenteram hatinya, selalu merasa
khawatir, tidak tenang, tidak sabar, cemas. Sehingga kegelisahan merupakan hal
yang menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa
kawatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam
kecemasan.
Kegelisahan
hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam
situasi tertentu. Gejala tingkah laku atau gerak-gerik itu umumnya lain dari
biasanya, misalnya berjalan,mundar-mandir dalam ruang tertentu sambil
menundukan kepala memandang jauh kedepan sambil mengepal-ngepal tangannya,
duduk termenung sambil memegang kepalanya, duduk dengan wajah murung atau sayu,
malas bicaran dan lain-lain.
Kegelisahan
merupakan salah satu ekspresi dari kecemasan. Karena itu dalam kehidupan
sehari-hari, kegelisahan juga diartikan sebagai kecemasan. Kekawatiran ataupun
ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan berkait juga dengan masalah
frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami
frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.Sigmund Freud ahli
psikoanalisa berpendapat bahwa ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia
yaitu kecemasan kenyataan (obyektif), kecemasan neorotik dan kecemasan moril.
Penyebab Kegelisahan
Apabila
kita kaji sebab-sebab orang gelisah adalah karena pada hakekatnya orang takut
kehilangan hak-haknya. Hal itu adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman
dari luar maupun dari dalam
Contoh:
Bila ada suatu tanda bahaya (bahaya banjir, gunung meletus, atau perampokan) orang tentu akan gelisah. Hal ini disebabkan karena bahaya itu mengancam akan hilangnya beberapa hak orang sekaligus, misalnya hak hidup, hak milik, hak memperoleh perlindungan, hak kemerdekaan hidup, dan mungkin hak nama baik.
Bila ada suatu tanda bahaya (bahaya banjir, gunung meletus, atau perampokan) orang tentu akan gelisah. Hal ini disebabkan karena bahaya itu mengancam akan hilangnya beberapa hak orang sekaligus, misalnya hak hidup, hak milik, hak memperoleh perlindungan, hak kemerdekaan hidup, dan mungkin hak nama baik.
Mengatasi Kegelisahan
Di
dunia ini tidak ada seorang manusia pun yang tidak merasakan kegelisahan. Kalau
kita melihat seluruh makhluk yang hidup di muka bumi ini akan kita dapati bahwa
manusia dengan tabiatnya senantiasa dipengaruhi oleh kompleksitas ketakutan
yang menuntunnya ke ambang kegelisahan.
Orang-orang
di sekeliling kita—bahkan dalam diri kita sendiri—, baik besar, kecil,
laki-laki maupun perempuan, semuanya merasakan ketakutan atau kegelisahan;
kegelisahan merupakan fenomena umum dan ciri khas yang hanya dimiliki manusia.
Hal
ini kiranya memerlukan semacam kesadaran dari kita guna memikirkan kiat-kiat
untuk menghindarinya, paling tidak dengan itu kita bisa membayangkan
kejadian-kejadian yang belum terjadi dan bagaimana cara menanggulanginya. Sebab
pada hakikatnya kegelisahan merupakan reaksi natural terhadap faktor-faktor dan
pengaruh-pengaruh internal maupun eksternal.
Sebenarnya
terdapat “kegelisahan” yang dibutuhkan untuk menumbuhkan semangat dalam
menghadapi tantangan, untuk menjaga keseimbangan dinamika internal atau untuk
meneguhkan diri, bahkan untuk menggapai ketenangan jiwa yang merupakan tujuan
setiap manusia dan untuk meraih kesuksesan dalam mengarungi kehidupan.
Inilah
yang disebut dengan “kegelisahan positif”; seperti kegelisahan seorang siswa
sebelum ujian sehingga memotivasinya untuk belajar, kegelisahan seorang ibu
akan anaknya yang masih kecil sehingga mendorongnya untuk menjaganya dari
marabahaya, juga kegelisahan seorang muslim dan kekuatirannya akan tumbuhnya
kemalasan beribadah dalam dirinya sehingga mendorongnya untuk selalu taat,
beristighfar dan bertaubat.
Sedangkan “kegelisahan negatif”
(al-qalq as-salabîy) adalah kegelisahan yang berlebih-lebihan, atau yang
melewati batas, yaitu kegelisahan yang berhenti pada titik merasakan kelemahan,
di mana orang yang mengalaminya sama sekali tidak bisa melakukan perubahan
positif atau langkah-langkah konkret untuk berubah atau mencapai tujuan yang
diinginkan, yaitu kegelisahan dalam ‘menanti-nanti’ sesuatu yang tidak jelas
atau tidak ada. Tentu saja hal ini merupakan ancaman bagi eksistensi manusia
sebagai kesatuan yang integral.
“Kegelisahan
positif” merupakan dasar kehidupan atau sebagai kesadaran yang dapat menjadi
spirit dalam memecahkan banyak permasalahan, atau sebagai tanda peringatan,
kehati-hatian dan kewaspadaan terhadap bahaya-bahaya atau hal-hal yang datang
secara tiba-tiba dan tak terduga. Ia juga merupakan kekuatan dalam menghadapi
kondisi-kondisi baru dan dapat membantu dalam beradaptasi. Singkatnya, ia
merupakan faktor penting yang dibutuhkan manusia. Sedangkan “kegelisahan
negatif” jelas sangat membahayakan, seperti gula pada darah; ketika ketinggian
kadarnya membahayakan kesehatan manusia.
Kegelisahan
merupakan penyakit jiwa yang paling sering terjadi di masyarakat, bahkan jumlah
orang yang rutin melakukan pemeriksaan jiwa dan saraf, serta mereka yang mengalami
problem-problem psikologis terutama kegelisahan terus bertambah. Hal ini
ditegaskan oleh penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika dan Inggris.
Badan statistik di Amerika mengungkapkan bahwa 85% orang yang sakit jiwa
terkena kegelisahan.
Secara
umum kegelisahan terjadi pada anak-anak kecil, atau pada masa-masa puber dan
awal-awal menginjak dewasa, atau pada orang-orang yang sudah lanjut usia, atau
juga pada sebagian besar siswa dan pelajar. Di Inggris, misalnya, ditemukan
bahwa jumlah mahasiswa yang terkena kegelisahan mencapai 9%, dan jumlah
mahasiswi mencapai 14%. Sedangkan di Saudi Arabia,
Para
peneliti menemukan bahwa jumlah orang yang secara rutin melakukan pemeriksaan
kajiwaan karena kegelisahan mencapai 14.8%, ini selain mereka yang memang
enggan mendatangi para psikiater untuk konsultasi.
Di antara mereka bahkan ada
yang berusaha menutup-nutupi kegelisahan yang dideritanya dengan
penyakit-penyakit lain yang kadang-kadang kambuh meskipun sudah diobati,
seperti luka pada lambung, usus besar (kolon), sembelit, bertambahnya asam,
serangan jantung, tekanan darah tinggi, asma, TBC paru-paru, radang rongga,
migrain (sakit kepada separuh), deman, nyeri otot, kemandulan, kelainan seksual
dan seterusnya. Banyak orang yang terlihat merintih karena penyakit-penyakit
seperti itu, padahal sebenarnya mereka merintih karena jiwanya yang berduka
atau tidak stabil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar