Minggu, 31 Mei 2015

Tugas Softskill 3 (tiga)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam nya ,seperti misalnya bahan tambangnya, lahan pertanian nya, tanah nya yang subur ,namun hal tersebut tidak lantas menjadikan masyarakat yang tinggal di dalam nya menjadi makmur secara keseluruhan, tetap ada suatu kesenjangan ekonomi di Negara ini. Dengan kata lain,Negara ini masih bisa dikatakan miskin mengingat tingkat Kemiskinan di Indonesia masih cukup tinggi. Sampai saat ini pun pembangunan masih berkonsentrasi di daerah pusat khususnya di Ibukota dan sekitarnya, keadaan seperti ini sangatlah jauh dari apa yang dicita-citakan dalam tujuan nasional Indonesia mengenai usaha-usaha untuk pemerataan pembangunan. Akibat dari kurangnya pemerataan pembangunan memang tidak begitu dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah yang mengalami pembangunan cukup pesat, dan hal tersebut jauh berbeda apabila dibandingkan dengan daerah yang pembangunannya bisa dikatakan masih lamban, atau masih belum tersentuh oleh pemerintah seperti daerah-daerah di Indonesia yang masih terpencil. Ironis sekali jika kita melihat keadaan seperti ini di negara kita karena masalah pembangunan yang kurang merata keseluruh daerah di Indonesia. Sebagai fakta yang dapat kita ketahui, di salah satu media elektronik tertulis,
Ketua DPRD Jabar Irfan Suryanagara mengakui bahwa pembangunan di Jabar belum merata. Kondisi tersebut terjadi akibat Pemprov dan DPRD Jabar belum optimal mendesain APBD. “Selama ini APBD disusun tanpa menggunakan data, akibatnya pembangunan hanya dilakukan berdasarkan perkiraan. Saya harus jujur pemerataan pembangunan belum tersebar”. Kata Irfan saat dihubungi oleh salah satu redaksi media informasi.
1.2 Masalah a) Apa yang menyebabkan ketidakmerataan pembangunan di Indonesia serta   bagaimana solusinya?
1.3 Hipotesis Ketidak merataan pembangunan di Indonesia antara lain disebabkan oleh kurang optimalnya pelakasanaan kebijakan pemerintah dalam upaya untuk mencapai sebuah pemerataan pembangunan, serat kurangnya perhatian khusus terhadap kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai mata pencaharian dengan penghasilan rendah seperti buruh tani, petani penggarap yang tidak memiliki lahan, petani pemilik lahan yang sempit, nelayan dan pengrajin. Maka dari itu solusi yang dapat diterapkan agar pemerataan pembangunan dapat dicapai antara lain,optimalisasi pelaksanaaan kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah, serta lebih ada perhatian khusus terhadap kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai mata pencaharian dengan penghasilan rendah.
1.4 Metode Metode yang digunakan dalam studi sosial kali ini adalah dengan kajian kepustakaan, serta digunakan pula media internet untuk menambah informasi yang dibutuhkan, dalam studi kali ini, masalah ekonomi yang dibahas adalah ketidakmerataannya pembangunan di Indonesia,karena optimalisasi pelaksanaan kebijakan serta perhatian kepada kelompok-kelompok masyarakat dengan pengahasilan rendah merupakan faktor yang cukup banyak mempengaruhi kemerataan pembangunan di Indonesia, maka hal pertama yang perlu diperhatikan adalah mengenai pelaksanaan kebijakan yang paling utama yakni kebutuhan pokok masyarakat, seperti sandang, pangan dan perumahan, hal tersebut merupakan hal utama yang wajib di perhatikan oleh pemerintah, baru kemudian kepada pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan,dengan semakin tingginya tingkat pendidkian maka skill yang dimiliki pun semakin tinggi,dengan skill yang tinggi sesuai dengan bidangnya masing-masing, maka kesempatan memperoleh pekerjaan semakin besar,selanjutnya, pelayanan kesehatan, pembagian pendapatan,dalam hal ini dapat diartikan sebagai penyaluran dana untuk kepentingan masyarakat, sebagai contoh dana yang disalurkan tersebut untuk menambah faktor produksi di suatu wilayah serta untuk mengembangkan potensi di daerah tersebut, selanjutnya kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnnya bagi generasi muda dan kaum wanita, serta pemerataan di bidang penyebaran pembangunan ke seluruh wilayah tanah air dan kesempatan memperoleh keadilan juga harus ditingkatkan. Mengenai perhatian kepada kelompok masyarakat yang mempunyai mata pencaharian dengan penghasilan rendah, seperti buruh tani, petani penggarap yang tidak memiliki lahan, petani pemilik lahan yang sempit, nelayan dan pengrajin, dapat diusahakan dengan cara penyediaan lahan untuk petani, serta meminjamkan modal untuk para nelayan dan pengrajin. Jika semua atau paling tidak sebagian besar dari hal-hal tersebut terlaksana dan terpenuhi,maka sedikit demi sedikit kesenjangan ekonomi di Negara ini akan berkurang sehingga kemerataan pembangunan di Negeri ini akan tercapai.

BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan informasi yang didapatkan, sehingga dapat temuan yang didapatkan antara lain bahwa penyebab dari ketidakmerataan pembangunan di Indonesia antara lain pelaksanaan kebijakan untuk pemerataan pembangunan yang kurang optimal, kebijakan-kebijakan tersebut antara lain pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya sandang, pangan dan perumahan, pemerataaan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan, pemerataan pembagian pendapatan, pemerataan kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita, pemerataan penyebaran pembangunan ke seluruh wilayah tanah air, pemerataaan kesempatan memperoleh keadilan.
Maka dari itu perlu adanya optimalisasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut, selain itu perhatian terhadap kelompok-kelompok masyarakat yang memilii mata pencaharian dengan penghasilan yang rendah, misalnya saja buruh tani , yakni orang yang tidak memiliki lahan pertanian, sehingga ia hanya bekerja pada petani yang memilii lahan, sehingga hasil yang didapatkan pun tidak menentu, karena belum tentu setiap hari ada pemilik lahan yang mencari tenaga buruh untuk membantu pekerjaan di lahan pertanian, untuk menangani masalah ini dapat digunakan uapaya-upaya seperti peminjaman lahan oleh pemerintah kepada para buruh tersebut,begitu pula dengan petani penggarap yang tidak memiliki lahan maupun petani yang memilii lahan , namun sempit, bisa pula dibantu dengan penyediaan pupuk serta alat-alat pertanian, kemudian peminjaman modal bagi para nelayan serta pengrajin yang berpenghasilan kecil untuk menambah modal untuk bidang usahanya, jika nelayan , modal pinjaman tersebut,dapat digunakan untuk menunjang pendapatan dari hasil memperoleh tangkapan, seperti memperbaiki atau bahkan membeli perahu, kemuudian, membeli jala maupuna alat tangkap ikan lainnya,untuk pengrajin ,misalnya saja untuk menambah jumlah bahan baku, alat-alat produksi maupun untuk menambah karyawan sehingga produktivitas bertambah, jadi dapat kita simpulkan bahwa :
2.1 Faktor penyebab Ketidakmerataan Pembangunan di Indonesia antara lain :
a) Kurangnya perhatian pemerintah dalam menuntaskan masalah pemerataan pembangunan.
b) Pembangunan lebih banyak di fokuskan di daerah-daerah perkotaan
c) Kurangnya sifat kewirausahaan para pelaku pengembang ekonomi di wilayah
d) Lokasi-lokasi Pulau pelosok terpencil yang sulit dijangkau
e) Keterbatasan Jaringan ekonomi dalam mendukung pengembangan kawasan dan produk unggulan daerah
f) Lemahnya kerjasama antara pelaku pengembangan kawasan seperti pemerintah, lembaga nonpemerintah, swasta, dan masyarakat.
g) Ketidakseimbangan pasokan sumber daya alam dengan kegiatan pembangunan Dari faktor yang dapat kita lihat, cita-cita bangsa kita untuk mensejahterakan masyarakat belum sepenuhnya terwujud mengingat pembangunan yang hanya terpusat di daerah perkotaan, bahkan cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tidak akan terwujud apabila tidak ada fasilitas pendidikan (sekolah) yang berada di daerah pelosok.
2.2 Solusi Penyelesaian masalah yang dapat dilakukan antara lain :
a) Membuat Daerah Otonom yang berfungsi untuk;
• Meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah.
• Meningkatkan pelayanan umum masyarakat daerah.
• Meningkatkan daya saing daerah.
b) Membuat rencanaan kerja arahan dari Pemerintah
c) Meningkatkan kerjasama antara lembaga pemerintah dan luar pemerintah dalam pembangunan Indonesia.
d) Menggunakan Anggaran Negara sebaik-baiknya dan Pengawasan sehingga Dana pembangunan tidak di salah gunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab (Koruptor).
e) Perlu adanya perhatian khusus kepada kelompok-kelompok m asyarakat yang mempunyai mata pencaharian dengan pengahsilan rendah , seperti petani, petani penggarap yang tidak memiliki lahan, petani pemilik lahan yang sempit, nelayan dan pengrajin.
f) Pembinaan dunia usaha dilakukan terhadap koperasi dengan penyediaan dana pengkreditan untuk pengusaha kecil dan golongan ekonomi lemah.
g) Perlu ditekankan juga pentingnya penggunaan teknologi tepat guna dalam usaha menciptakan esempatan kerja.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan Negara Indonesia belum melakukan pembangunan yang merata, sejauh ini pembangunan yang dilakukan masih terpusat pada daerah perkotaan.sehingga daerah-daerah pelosok seakan-akan belum terjamah oleh pembangunan, Negara ini juga belum dapat memanfaatkan wilayah-wilayah daerah pelosok yang memiliki potensi untuk membangun perekonomian Indonesia sehingga dapat menambah pendapatan Negara.
3.2 Saran Pemerintah dalam hal ini harus lebih memperhatikan wilayah terpencil dan mengusahakan pembangunan secara maksimal, membuat kebijakan-kebijakan yang dapat menunjang pembangunan di wilayah-wilayah daerah. Merancang perencanaan pembangunan pada daerah pelosok, namun bukan hanya pemerintah saja yang memiliki kewajiban untuk membuat pembangunan di Indonesia menjadi merata, sehingga meningkatkan taraf kesejahteraan rakyatnya, namun juga setiap individu dari masyarakat juga harus mengusahakan kesejahteraan atas diri masing-masing, dengan lebih giat bekerja serta menumbuhkan dan mengembangkan sifat kewirausahaan, selain itu pembangunan yang ada juga diharapkan tetap dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan serta berkelanjutan, agar tetap ada keseimbangan alam.
DAFTAR PUSTAKA
http://mahmudimam.blogspot.com/2013/10/makalah-studi-sosial-masalah-ekonomi.html
http://dek-dilla.blogspot.com/2012/01/v-behaviorurldefaultvmlo.htmlRitonga, M.T,dkk.Ekonomi untuk SMA/MA Kelas XI.Jakarta: Penerbit PT. Phibeta Aneka Gama, 2007. Ritonga, M.T,dkk.Ekonomi untuk SMA/MA Kelas X.Jakarta: Penerbit PT. Phibeta Aneka Gama, 2007.

Sabtu, 25 April 2015

Tugas Softskill 2



Masker wajah sangat di minati oleh kaum remaja masa kini dan masker wajah ini memiliki banyak fungsi sesuai dengan jenisnya. Masker lumpur dapat mengurangi lemak. Masker coklat dapat melembabkan kulit wajah. Masker bengkuang menghilangkan noda hitam dan membuat kulit wajah lebih berseri. Menggunakan masker wajah dapat menghaluskan dan menyehatkan wajah. Gunakan secara teratur untuk hasil yang maksimal. Pengguna jenis masker sesuai dengan manfaat yang ingin kita peroleh.
Kemudian Teknik langkah-langkah memakai masker wajah yang benar adalah sebagai berikut. yang pertama oleskan masker ke wajah secara merata. Yang kedua diamkan hingga 20 menit. Yang ketiga bilas dengan air secara teratur. yang keempat keringkang dengan handuk. Pemakaian secara teratur dan rasakan perubahannya.
Keterangan : paragraf pertama Persuasi dan paragraf kedua Eksposisi

Sabtu, 28 Maret 2015

( Tugas 1 Bahasa Indonesia 2 ) Cantoh Kasus Fakta Lama Menjadi Fakta Baru

Fakta terdahulu yang menjelaskan batu akik, batu akik itu sendiri merupakan kesenian atau yang disebut juga batu mulia seperti ruby, turmalin, safir, kecubung, dan lain sebagainya bila dipakai memang bisa membuat penampilan pemakainya memukau. 
Beberapa di antaranya bahkan diyakini membawa keberuntungan dan memberikan khasiat khusus bagi pemakainya. Kemudian fakta sekarang batu akik sangat buming dan banyak sekali peminatnya dibandingkan pada beberapa tahun lalu. Sehingga, banyak yang menjual batu akik sampai harganya yang sangat mahal dikarenakan ke antikan atau ke istimewaan dari batu akik itu sendiri.Pemakai batu akik itu sendiri tidak memandang usia dari yang orang tua, remaja, bahkan anak anak ada yang memakai batu akik sebagai pelengkap penampilan, dan keistimewaan batu akik itu sendiri terlihat dari kesenian orang masin masing yang menggunakannya.


Jumat, 09 Januari 2015

Tugas Sofstkill 2 : Perilaku Konsumen

Cari/analisis jurnal tentang tentang perilaku konsumen terhadap pembelian suatu barang/merek/brand ?

Kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen sepatu futsal Adidas. Persentase sumbangan pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian adalah sebesar 10,7%. Sedangkan sisanya sebesar 89,3% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. 2. Desain produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen sepatu futsal Adidas. Persentase sumbangan pengaruh desain produk terhadap keputusan pembelian adalah sebesar 7,5%. Sedangkan sisanya sebesar 92,5% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. 3. Kualitas produk dan desain produk secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian sepatu futsal Adidas. 4. Persentase sumbangan pengaruh variabel independen (kualitas produk dan desain produk) terhadap variabel dependen (keputusan pembelian) sebesar 17,6%. Sedangkan sisanya yakni 82,4% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
Jadi analisis menurut saya, konsumen akan melakukan suatu keputusan pembelian dengan melihat desain produk dan kualitas produk karena konsumen akan menggunakan produk tersebut apabila kedua variabel tersebut dapat membuat konsumen merasa puas dengan produk tersebut begitu juga karena produk sepatu futsal Adidas ini merupakan vendor terkemuka di dunia yang sangat di gandrungi oleh kalangan remaja sehingga secara garis besar hampir setiap kalangan akan memilih sepatu futsal Adidas.

Sumber :
Basrah saidani, M Aulia R, Mohamad R.2013. Pengaruh kualitas produk dan desain produk terhadap keputusan pembelian sepatu futsal Adidas di wilayah Jakarta Timur. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI). 4(2). 214


Tugas Softskill 1 Perilaku Konsumen

Bagaimana perilaku konsumen terhadap pembelian/belanja online?
Berkembangnya internet banyak hal baru yang timbul dari berkembangnya internet tersebut, salah satunya adalah pembelian atau belanja barang ataupun jasa secara online berbelanja secara online telah menjadi alternatif cara pembelian barang ataupun jasa, penjualan secara online berkembang baik dari segi pelayanan, efektifitas, keamanan, dan juga pupularitas. (Laohapensang,2009)
Ada beberapa alasan kenapa konsumen lebih memilih belanja online dari pada belanja secara offline yaitu:
1. Waktu
Konsumen lebih memilih belanja secara online dikarenakan waktu yang di pakai relatif sedikit dari pada belanja secara offline yang membutuhkan waktu yang relative sangat lama, dan di toko  online barang yang di jual biasanya sudah disertakan spesifikasi barang yang sangat lengkap.
2. Ketersedian barang di pasaran
Ada kalanya sebuah barang yang konsumen cari sangat sulit didapatkan di tempat tinggal konsumen, misalnya jika konsumen ingin membeli produk X dan ternyata produk X tidak ada di Jakarta. tapi ada sebuah toko online di Medan yang menjual barang itu, mau tidak mau, konsumen harus membeli barang itu dari toko online yang berpusat di Medan.   
3. Harga
Di beberapa toko online, harga bisa lebih murah dibandingkan harga yang ada di toko offline. Bahkan ada beberapa barang yang di toko offline lebih mahal dua kali lipat dibandingkan di toko online.
Sumber :
Laohanpengsang , O  2009. “factor ibfluencing internet shopping behaviour: a survey of consumers in Thailand.” journal of fashion marketing and manangement vol.13 No.4,2009 pp.501-513

Selasa, 28 Oktober 2014

Tugas 2 faktor - faktor yang mempengaruhi (konsumen)dalam melakukan pembelian



Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Pembelian Suatu Produk
Perilaku Konsumen menurut Schiffman, Kanuk (2004, p. 8) adalah perilaku yang ditunjukkan konsumen dalam pencarian akan pembelian, penggunaan, pengevaluasian, dan penggantian produk dan jasa yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhan konsumen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah :
  • Faktor Sosial
a. Group
Sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil. Kelompok dimana orang tersebut berada yang mempunyai pengaruh langsung disebut membership group. Membership group terdiri dari dua, meliputi primary groups (keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja) dan secondary groups yang lebih formal dan memiliki interaksi rutin yang sedikit (kelompok keagamaan, perkumpulan profesional dan serikat dagang). (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp. 203-204).
b. Family Influence
Keluarga memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku pembelian. Para pelaku pasar telah memeriksa peran dan pengaruh suami, istri, dan anak dalam pembelian produk dan servis yang berbeda. Anak-anak sebagai contoh, memberikan pengaruh yang besar dalam keputusan yang melibatkan restoran fast food. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.204).
c. Roles and Status
Seseorang memiliki beberapa kelompok seperti keluarga, perkumpulan-perkumpulan, organisasi. Sebuah role terdiri dari aktivitas yang diharapkan pada seseorang untuk dilakukan sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Tiap peran membawa sebuah status yang merefleksikan penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat (Kotler, Amstrong, 2006, p.135).
  • Faktor Personal
a. Economic Situation
Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk, contohnya rolex diposisikan konsumen kelas atas sedangkan timex dimaksudkan untuk konsumen menengah. Situasi ekonomi seseorang amat sangat mempengaruhi pemilihan produk dan keputusan pembelian pada suatu produk tertentu (Kotler, Amstrong, 2006, p.137).


b. Lifestyle
Pola kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dan opini orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda (Kotler, Amstrong, 2006, p.138)
c. Personality and Self Concept
Personality adalah karakteristik unik dari psikologi yang memimpin kepada kestabilan dan respon terus menerus terhadap lingkungan orang itu sendiri, contohnya orang yang percaya diri, dominan, suka bersosialisasi, otonomi, defensif, mudah beradaptasi, agresif (Kotler, Amstrong, 2006, p.140). Tiap orang memiliki gambaran diri yang kompleks, dan perilaku seseorang cenderung konsisten dengan konsep diri tersebut (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.212).
d. Age and Life Cycle Stage
Orang-orang merubah barang dan jasa yang dibeli seiring dengan siklus kehidupannya. Rasa makanan, baju-baju, perabot, dan rekreasi seringkali berhubungan dengan umur, membeli juga dibentuk oleh family life cycle. Faktor-faktor penting yang berhubungan dengan umur sering diperhatikan oleh para pelaku pasar. Ini mungkin dikarenakan oleh perbedaan yang besar dalam umur antara orang-orang yang menentukan strategi marketing dan orang-orang yang membeli produk atau servis. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.205-206)
e. Occupation
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Contohnya, pekerja konstruksi sering membeli makan siang dari catering yang datang ke tempat kerja. Bisnis eksekutif, membeli makan siang dari full service restoran, sedangkan pekerja kantor membawa makan siangnya dari rumah atau membeli dari restoran cepat saji terdekat (Kotler, Bowen,Makens, 2003, p. 207).
  • Faktor Psychological
a. Motivation
Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan dari kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, seseorang dikendalikan oleh suatu kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki, dari yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal, keamanan, sosial, harga diri, pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang paling mendesak itu sudah terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi motivator, dan orang tersebut akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan paling penting berikutnya (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.214).
b. Perception
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasi, dan menerjemahkan informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti dari dunia. Orang dapat membentuk berbagai macam persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.215).
c. Learning
Pembelajaran adalah suatu proses, yang selalu berkembang dan berubah sebagai hasil dari informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan dari membaca, diskusi, observasi, berpikir) atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi terbaru yang diterima maupun pengalaman pribadi bertindak sebagai feedback bagi individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama (Schiffman, Kanuk, 2004, p.207).
d. Beliefs and Attitude
Beliefs adalah pemikiran deskriptif bahwa seseorang mempercayai sesuatu. Beliefs dapat didasarkan pada pengetahuan asli, opini, dan iman (Kotler, Amstrong, 2006, p.144). Sedangkan attitudes adalah evaluasi, perasaan suka atau tidak suka, dan kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang pada sebuah obyek atau ide (Kotler, Amstrong, 2006, p.145).
  • Faktor Cultural
Nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang melalui keluarga dan lembaga penting lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.129). Penentu paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Culture, mengkompromikan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang secara terus-menerus dalam sebuah lingkungan. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.201-202).
a. Subculture
Sekelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan persamaan pengalaman hidup dan keadaan, seperti kebangsaan, agama, dan daerah (Kotler, Amstrong, 2006, p.130). Meskipun konsumen pada negara yang berbeda mempunyai suatu kesamaan, nilai, sikap, dan perilakunya seringkali berbeda secara dramatis. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.202).


b. Social Class
Pengelompokkan individu berdasarkan kesamaan nilai, minat, dan perilaku. Kelompok sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor saja misalnya pendapatan, tetapi ditentukan juga oleh pekerjaan, pendidikan, kekayaan, dan lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.132).
Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2004, p.547) adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan. Bentuk proses pengambilan keputusan tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Fully Planned Purchase, baik produk dan merek sudah dipilih sebelumnya. Biasanya terjadi ketika keterlibatan dengan produk tinggi (barang otomotif) namun bisa juga terjadi dengan keterlibatan pembelian yang rendah (kebutuhan rumah tangga). Planned purchase dapat dialihkan dengan taktik marketing misalnya pengurangan harga, kupon, atau aktivitas promosi lainnya.
2. Partially Planned Purchase, bermaksud untuk membeli produk yang sudah ada tetapi pemilihan merek ditunda sampai saat pembelajaran. Keputusan akhir dapat dipengaruhi oleh discount harga, atau display produk
3. Unplanned Purchase, baik produk dan merek dipilih di tempat pembelian. Konsumen sering memanfaatkan katalog dan produk pajangan sebagai pengganti daftar belanja. Dengan kata lain, sebuah pajangan dapat mengingatkan sesorang akan kebutuhan dan memicu pembelian (Engel, F. James, et.al , 2001, pp.127-128)

-http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html